Minggu, 13 Januari 2013

FILSAFAT-Filsafat Ilmu Ekonomi


·         Epistemologi ilmu ekonomi :
Epistemologi ilmu ekonomi membahas tentang asal mula atau sumber, struktur, metode dan validitas ilmu ekonomi. Persoalan yang diangkat dalam epistemologi ilmu ekonomi adalah bagaimana manusia dapat mengetahui ilmu ekonomi, darimana ilmu ekonomi berasal dan bagaimana mengetahui kebenaran tentang ilmu ekonomi. Secara epistemologis, ilmu ekonomi dimulai dari pemikiran tentang persoalan ekonomi. Persoalan ekonomi telah dipikirkan oleh Aristotels pada tahun 300 sebelum masehi dengan menulis tentang harga, nilai, pasar, keuangan negara, efisiensi tenaga kerja dan sebagainya. Namun pemikiran yang sistematis mengenai ilmu ekonomi muncul pada abad 18 oleh Adam Smith dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1776 dengan judul “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”. Adam Smith dianggap sebagai Bapak Ilmu Ekonomi karena telah merumuskan pokok-pokok masalah, pengertian dasar, dan kerangka berfikir yang selanjutnya menjadi dasar teori ilmu ekonomi modern. Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani “oikos” yang berarti keluarga/rumah tangga dan “nomos” yang berarti peraturan. Jadi ekonomi dapat diartikan sebagai aturan rumah tangga.
·         Ontologi ilmu ekonomi :
Ontologi ilmu ekonomi berkaitan dengan objek yang ditelaah atau sasaran ilmu dan bagaimana wujud sebenarnya dari onjek tersebut. Secara ontologis, sasaran ilmu ekonomi adalah hubungan antar manusia dalam memenuhi kebutuhan materialnya. Sedangkan pemenuhan kebutuhan spiritual tidak termasuk dalam lingkup ekonomi. Inti dari ilmu ekonomi adalah upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas ditengah-tengah jumlah sumber daya ekonomi yang ada terbatas jumlahnya. Ada banyak yang dipelajari dalam ilmu ekonomi, namun dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu ekonomi mikro dan makro.
·         Aksiologi ilmu ekonomi :
Aksiologi ilmu ekonomi berkaitan dengan kegunaan ilmu ekonomi. Disini nilai pengetahuan akan terlihat bagaimana peranan ilmu ekonomi dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan aspek aksiologis ilmu ekonomi seperti masalah pengangguran, tanggung jawab sosial perusahaan, peningkatan mutu dan taraf kehidupan. Dasar aksiologi membimbing dalam membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan ekonomi. Dalam hal ini ilmuwan bidang ekonomi harus mampu menilai antara yang baik dan yang buruk, sehingga ilmuwan harus memiliki moral yang kuat agar kemajuan ilmu yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

FILSAFAT-Alasan Manusia Berfilsafat


Terdapat 3 kecenderungan manusia yang membuat manusia berfilsafat. Ketiga hal inilah yang memancing rasa ingin tahu manusia sehingga manusia berfilsafat untuk mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahunya. Ketiga hal tersebut antara lain :
Kekaguman atau keheranan. Manusia dapat merasa kagum atau heran karena merasakan, melihat atau mendengar sesuatu yang tidak biasa mereka ketahui. Ketika manusia heran, ia akan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan. Hal ini membuat rasa ingin tahu mereka muncul terhadap objek yang membuat rasa kagum dan heran tersebut. Rasa heran ini mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut dengan berfilsafat.
Keraguan atau kesangsian. Manusia dapat merasa ragu terhadap suatu objek karena mereka telah mempunyai pandangan tersendiri terhadap objek tersebut sebelumnya. Selanjutnya, manusia menggunakan filsafat sebagai sarana untuk menemukan jawaban atas keraguan mereka terhadap kebenaran persepsi yang telah mereka miliki sebelumnya atau ingin membuktikan sesuatu yang baru.
Kesadaran akan keterbatasan. Manusia yang menyadari bahwa dirinya mempunyai keterbatasan akan mencari cara untuk mengatasi keterbatasan yang ia miliki. Disini manusia menggunakan filsafat sebagai sarana menemukan jalan untuk mengatasi keterbatasan yang mereka alami. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.

FILSAFAT-Objek dan Metode Filsafat Ilmu

           OBJEK FILSAFAT ILMU
·         Objek material filsafat ilmu adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran dan penelitian ilmu atau suatu bahan pembentukan pengetahuan yang mencakup apa saja yang diketahui oleh manusia baik konkret maupun abstrak yang menjadi pokok persoalan hidup manusia. Artinya, segala sesuatu yang ada di lingkungan hidup manusia yang dapat dipelajari dengan ilmu pengetahuan merupakan objek material filsafat ilmu. Contohnya hewan, tumbuhan dan manusia itu sendiri.
·         Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau bahan pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu ditelaah, dalam hal ini adalah dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Contohnya obyek material berupa manusia ditinjau dari sudut pandang beberapa ilmu yang mempelajari manusia seperti psikologi, antropologi dan sosiologi.

METODE DALAM FILSAFAT ILMU
Metode Kritis : Metode yang menganalisa istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan.
Metode Intuitif : Metode yang menggunakan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan untuk mencapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
Metode Skolastik : Metode bersifat sintesis-deduktif yang bertitik tolak dari definisi-definisi yang jelas untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan.
Metode Matematis : Metode yang menganalisa mengenai hal-hal kompleks yang dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana dan dari hakikat-hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
Metode Empiris : Metode yang menggunakan pengalaman-pengalaman nyata untuk kemudian disusun bersama secara geometris.
Metode Transendental : Metode yang bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis yang disertai syarat-syarat tertentu.
Metode Dialektis : Metode yang mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis dan antitesis dicapai hakikat kenyataan.
Metode Fenomenologis : Metode yang menggunakan jalan beberapa pemotongan sistematis refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat.
Metode Neopositifitis : Metode yang memahami kenyataan menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan pada ilmu pengetahuan positif.
Metode Analitika Bahasa : Metode yang menggunakan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari yang ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofi.

BOOK REVIEW-Design Theories And Models (Charles M. Regeluth & Alison A. Carr Chellman)


Judul Buku    : Design Theories And Models
  (Building A Common Knowledge Base)
Pengarang      : Charles M. Regeluth & Alison A. Carr Chellman

Buku ini mengemukakan strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Dengan kata lain strategi instruksional dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Artinya hal ini berkenaan dengan bagaimana menyampaikan isi pelajaran.
Dalam setiap pemilihan strategi instruksional para pengajar perlu mengajukan dua pertanyaan :
1.      Seberapa jauh strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori instruksional yang ada?
2.      Seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan?
Kedua pertanyaan ini wajib dijawab terlebih dahulu karena strategi instruksional ini disusun untuk mencapai tujuan instruksional tertentu, maka ia harus disusun sesuai dengan Tujuan Instruksioanl Khusus.
Pada dasarnya dalam strategi instruksional terbagi atas empat komponen utama, yaitu urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu.
Komponen utama yang pertama yaitu urutan kegiatan instruksional. Komponen ini mengandung beberapa komponen yang terdiri dari pendahuluan, penyajian, dan penutup. Komponen pendahuluan terdiri dari tiga langkah yang terdiri dari (1)Penjelasan singkat tentang isi pelajaran, (2)Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa, dan (3)Penjelasan tentang tujuan instruksional. Komponen penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu (1)Uraian, (2)Contoh, dan (3)Latihan. Komponen penutup terdiri dari dua langkah yang terdiri dari tes formatif dan umpan balik dan tindak lanjut.
Komponen utama kedua yaitu : metode instuksional yang terdiri atas berbagai macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Dalam setiap langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama.
Komponen utama ketiga, yaitu media instruksional yang berupa media cetak atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Seperti halnya penggunaan metode instruksional, mungkin beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan pada beberapa langkah.
Komponen utama keempat yaitu waktu. Berapa lama waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional untuk memberikan beberapa ide yang akan membantu menganalisis dan memahami instruksional desain-teori yang disajikan dalam buku ini.
Pertama, kita akan membahas apa desain instruksional-teori. Ini akan mencakup diskusi tentang peran bahwa nilai-nilai bermain di instruksional desain-teori dandiskusi tentang apa teori desain instruksional-tidak. Secara khusus, kita akan melihat paradigma pendidikan dan pelatihan di mana peserta didik adalah di bagian atas bagan organisasi daripadabagian bawah. Kemudian kita akan melihat implikasi bahwa seperti paradigma memiliki instruksional untuk desain-teori,termasuk sejauh mana beberapa keputusan desain mungkin harus dibuat oleh peserta didik saatmereka belajar.
Desain Instruksional harus menyediakan:  informasi deskripsi dan contoh-contoh dari tujuan, pengetahuan yang dibutuhkan, dan pertunjukan diharapkan. Pemikiran praktek, kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dan  reflektif apa pun yang menjadi belajar-menambah angka, pemecahan masalah kata, menulis esai. Informatif umpan balik jelas dan  menyeluruh untuk peserta didik tentang kinerja mereka, membantu mereka untuk melanjutkan lebih efektif. Kuat intrinsik atau ekstrinsik motivasi. Kegiatan yang cukup dihargai, baik karena mereka sangat menarik dan terlibat dalam diri mereka sendiri atau karena mereka memberi peluang ke prestasi lain yang menyangkut pembelajar .
Kelebihan dalam buku ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Mendiskripsikan secara rinci tentang sistematika dan komponen Desain Instrusional yang berorientasi membuat sebuah teori yang lebih langsung berguna untuk pendidik, karena memberikan bimbingan langsung tentang cara untuk mencapai tujuan mereka.
2.      Desain instruksional mengidentifikasi metode pengajaran dan situasi dimana metode-metode yang harus dan tidak boleh digunakan. Dalam suatu metode adalah jelas informasi, praktik bijaksana, informatif umpan balik, dan motivator yang kuat.
3.      Dalam semua instruksional desain-teori, metode pengajaran dapat dipecah menjadi lebih rinci. Komponen metode yang memberikan pedoman lebih untuk pendidik. Sebuah memberikan informasi yang cukup tentang komponen untuk masing-masing empat metode dasar. Misalnya, dalam kerangka didaktik, Perkins menjelaskan beberapa komponen untuk informasi yang jelas. Identifikasi tujuan bagi siswa;pemantauan dan sinyal proses menuju tujuan;memberikan contoh dari konsep, demonstrasi, keterkaitan konsep baru untuk yang lama melalui identifikasi familiar, diperluas, dan baruelemen, melegitimasi suatu konsep baru atau prosedur dengan cara prinsip siswa sudah tahu.
4.      Metode probabilistik yang berarti para desainer meningkatkan kemungkinan untuk mencapai tujuan daripada memastikan pencapaian tujuan. Dalam suatau teori, memberikan contoh berlimpah dari konsep diperlakukan tidak akan menjamin bahwa tujuan untuk siswa menang akan dicapai. Tapi, hal itu akan meningkatkan kemungkinan bahwa tujuna pembelajaran akan tercapai tercapai.
Desain Instruksional yang berorientasi teori, menggambarkan metode pengajaran dan situasi di mana metode-metode yang harus digunakan, metode dapat dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana metode, dan metode probabilistik. Masing-masing karakteristik instruksional desain-teori.
Didalam buku ini juga dijelaskan tentang Desain Berorientasi Teori. Karakteristik penting dari pembelajaran desain-teori adalah bahwa desain berorientasi pada teori. Hal ini membuat mereka sangat berbeda dari apa yang kebanyakan desain pembelajaranyang  biasanya berpikir sebagai teori. Teori dapat dianggap sebagai berurusan dengan sebab-akibat hubungan arus atau dengan peristiwa dalam proses alami, dengan mengingat bahwa efek-efek atau kejadian yang hampir selalu probabilistik daripada deterministik. Kebanyakan desainer  berpikir tentang teori-teori yang bersifat deskriptif, yang berarti bahwa teori menjelaskan efek yang terjadi ketika kelas tertentu peristiwa kausal terjadi, atau artinya menggambarkan urutan di mana peristiwa tertentu terjadi. Teori deskriptif dapat digunakan untuk prediksi atau menjelaskan tapi desain berorientasi teori sangat berbeda dari teori deskriptif.
Teori desain yang preskriptif, dalam arti bahwa para desain instruksional linier desain pembelajaran menawarkan pedoman seperti apa metode yang digunakan untuk mencapai tujuan terbaik yang diberikan. Biasanya tidak preskriptif dalam arti mengeja dengan sangat rinci apa yang harus dilakukan dan memungkinkan tidak ada variasi.

BOOK REVIEW-Desaining Efective Instruction (Gary R. Morrison, Steven M. Ross & Jerrold E. Kemp)


Judul Buku    : Desaining Efective Instruction Volume III
Pengarang      : Gary R. Morrison, Steven M. Ross & Jerrold E. Kemp

Buku ini berisi tentang model desain instruksional pembelajaran dengan langkah-langkah dan komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan dalam buku ini akan membantu pendidik sebagai perancang program pembelajaran dalam memahami kerangka teori dengan lebih baik dan menerapakan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Esensi desain pembelajaran dalam buku ini mengacu kepada empat komponen yaitu peserta didik, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran dan penilaian proses pembelajaran. Penjelasan dari empat komponen secara singkat sebagai berikut :
·         Peserta Belajar. Perancang desain pembelajaran harus menciptakan situasi belajar yang kondusif untuk peserta belajar merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Desain pembelajaran harus mengacu pada peserta didik. Peserta didik adalah individu unik dan perlu dipertimbangkan dalam merancang sebuah disain pembelajaran.
·         Tujuan Pembelajaran. Desain dan rancangan pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai kompetensi tertentu. Rumusan tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Desain pembelajaran perlu memadukan kebutuhan peserta didik dengan kompetensi yang harus dia kuasai nanti setelah selesai belajar.
·         Metode Pembelajaran. Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau tehnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam disain pembelajaran langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya.
·         Evaluasi Pembelajaran. Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting. Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar ini. Seringkali penilaian diukur dengan kemampuan menjawab dengan benar sejumlah soal-soal obyektif. Penilaian dapat juga dilakukan dengan format non-soal, yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara, kuesioner, dan sebagainya.
Sama seperti praktek desain instruksional yang berevolusi selama bertahun-tahun, buku-buku tentang desain instruksional juga mengalami perkembangan. Dua bidang yang signifikan berubah dalam keprihatinan desain adalah pendekatan instruksional dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Pendekatan instruksional secara umum telah menjadi lebih berpusat pada peserta didik dan meningkat dalam berbagai aspek baik kompleksitas dalam menanggapi perubahan kebutuhan dan tren di sekolah-sekolah dan tempat kerja. Teknologi telah mengubah media pendukung belajar. Kedua bidang yang senantiasa berubah tersebut membuat desain instruksional yang lebih menantang dan kompleks dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Buku ini merespon dua perubahan ini dengan memberikan wawasan terkini tentang bagaimana menjawab perubahan yang senantiasa terjadi, terutama untuk mendukung pelatihan perancang desain instruksional yang profesional. Target utama dari buku ini adalah mahasiswa pascasarjana yang mempelajari tentang desain instruksional.
Pendekatan yang dipakai untuk desain instruksional dalam buku ini agak eklektik, berdasarkan pengakuan penulis, konsisten dengan gagasan mereka bahwa tidak pernah ada pendekatan yang sempurna untuk memecahkan suatu masalah desain instruksional. Para penulis berpendapat bahwa model desain instrksional harus fleksibel dan dapat dimodifikasi sesuai situasi lokal dan persyaratan. Model yang diadopsi dalam buku ini memenuhi  kriteria dan diatur sekitar empat mendasar komponen  yang terdiri dari peserta didik, tujuan pembelajaran, metode dan evaluasi. Ini merupakan komponen sentral dalam menanggapi pertanyaan mendasar dalam desain instruksional yang diantaranya adalah (1)Untuk siapa instruksi dimaksudkan? (2)Apa hasil pembelajaran yang diinginkan? (3)Bagaimana konten yang terbaik untuk dipelajari? (4)Bagaimana belajar dievaluasi?
Isu-isu mendasar diuraikan dalam model desain instruksional yang mencakup sembilan elemen yang diantaranya adalah (1)Masalah instruksional, (2)Karakteristik peserta didik, (3)Analisis tugas, (4)Tujuan instruksional, (5)Materi pembelajaran, (6)Strategi instruksional, (7)Pesan dari desain itu sendiri, (8)Pengembangan instruksional dan (9)Evaluasi. Elemen-elemen ini digunakan sebagai kerangka kerja untuk membantu peserta didik menjaga proses tertentu dan isu-isu dalam konteks umum. Unsur-unsur inti yang ada disekitarnya adalah lingkaran yang mewakili evaluasi formatif dan revisi serta manajemen proyek, termasuk perencanaan, pelaksanaan, layanan dukungan, dan konfirmasi evaluasi sumatif.
Singkatnya, buku ini diinformasikan dengan banyak model desain instruksional. Terkait dengan model ini, penulis membuat secara eksplisit dalam bab pertama :
1.      Desain instruksional membutukah perhatian yang sistematis dan spesifik
2.      Desain instruksional biasanya dimulai dengan pengembangan tingkat pelatihan
3.      Rencana desain instruksional dikembangkan untuk digunakan tim desain instruksional dalam pembelajaran nyata
4.      Semua upaya yang dilakukan bertujuan meningkatkan kepuasan peserta didik
5.      Keberhasilan produk instruksional tergantung pada keakuratan informasi yang mengalir ke dalam proses desain instruksional
6.      Desain intruksional lebih berfokus ke peserta didik dibanding konten materi
7.      Tidak ada cara terbaik untuk merancang instruksi

Buku ini ditulis dengan baik dan mudah dibaca. Setiap bab mengikuti pola yang konsisten. Pada awal setiap bab pembaca disajikan dengan skenario kehidupan nyata, pada umumnya relevan dan menarik untuk mereka yang baru mengenal desain instruksional. Bagian pengantar diakhiri dengan serangkaian pertanyaan yang memprovokasi pikiran dan memusatkan perhatian pada masalah yang relevan dengan bab terkait. Setelah bagian pengantar, ada diagram dari model desain instruksional yang menyoroti fokus khusus dari bab terkait. Setiap bab biasanya terdiri dari pembahasan isu-isu kunci yang disorot dalam berbagai tabel dan diagram. Singkatnya, ada komponen visual yang kuat untuk membantu memfokuskan diskusi yang selalu ditempatkan di seluruh isi tiap bab. Selain bab yang jelas dan singkat, terdapat ringkasan yang berisi pengulangan konsep-konsep utama. Setelah ringkasan dari konsep-konsep kunci, kita dapat menyimpulkan proses desain instruksional yang dimaksud. Tahap-tahap dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menurut model dalam buku ini dijelaskan sebagai berikut :
1.      Instructional Problems (Masalah Pembelajaran). Pada tahapan ini dilakukan analisis tujuan berdasarkan masalah pembelajaran yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku untuk bahan kajian yang akan dikembangkan perangkatnya.
2.      Leaner Characteristics (Karakteristik Siswa). Pada tahap ini dilakukan analisis karakteristik siswa yang akan menjadi tempat implementasi perangkat.
3.      Task Analysis (Analisis Tugas). Analisis tugas merupakan perincian isi mata ajar dalam bentuk garis besar untuk menguasai isi bahan kajian atau mempelajari keterampilan yang mencakup keterampilan kognitif, keterampilan psikomotor, dan keterampilan sosial. Analisis tugas ini meliputi analisis struktur isi, analisis prosedural, analisis konsep, dan pemrosesan informasi.
4.      Instructional Objectives (Merumuskan Tujuan Pembelajaran). Rumusan tujuan pembelajaran adalah tujuan pembelajaran khusus yang diperoleh dari hasil analisis tujuan yang dilakukan pada tahap masalah pembelajaran.
5.      Content Squencing (Urutan Materi Pembelajaran). Pada tahap ini isi pokok bahasan yang akan diajarkan diurutkan terlebih dahulu. Setelah isi pokok bahasan diurutkan, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi awal pembelajaran.
6.      Instructional Strategies (Strategi Pembelajaran). Strategi pembelajaran yang digunakan menggambarkan urutan dan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
7.      Instructional Delivery (Cara Penyampaian Pembelajaran). Metode penyampaian ditentukan berdasarkan tujuan dan lingkungan pembelajaran, yang dapat bersifat klasikal, kelompok, atau individual.
8.      Evaluation Instrumens (Instrumen Penilaian). Instrumen penilaian disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan.
9.      Instructional Resources (Sumber Pembelajaran). Faktor-faktor yang diperhatikan dalam membuat media pembelajaran yang akan dipergunakan yaitu ketersediaan secara komersial, biaya pengadaan, waktu untuk menyediakannya dan menyenangkan bagi siswa.
10.  Revision (Revisi Perangkat). Revisi perangkat pembelajaran dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
11.  Formative Evaluation (Penilaian Formatif). Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan setiap selesai satu unit proses pembelajaran.
12.  Planning (Perencanaan) dan Project Management (Manajemen Proyek). Aspek teknis perencanaan sangat mempengaruhi keberhasilan rancangan pengembangan. Merencanakan pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit sehingga menuntut pengembang perangkat untuk memperhatikan tiap-tiap unsur dan secara terus menerus menilai kembali hubungan setiap bagian rencana secara keseluruhan karena setiap unsur dapat mempengaruhi perkembangan unsur lain.
13.  Summative Evaluation (Penilaian Sumatif). Penilaian sumatif diarahkan pada pengukuran seberapa jauh hasil belajar utama dicapai pada akhir seluruh pembelajaran, dapat juga berupa kegiatan menindaklanjuti siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran untuk menentukan apakah dan bagaimana ia menggunakan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajarinya dalam program pembelajaran.
14.  Support Services (Pelayanan Pendukung). Pelayanan pendukung meliputi ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf, pengajar, perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya.

Didalam buku ini jelas dijelaskan tahapan-tahapan pembelajaran yang dimaksudkan agar perancang pembelajaran membuat Desain Instruksional Pembelajaran yang tidak hanya menitik beratkan pada metode dan materi tetapi juga memperhatikan komponen-komponen lain yang sangat penting dalam pembelajaran seperti peserta didik itu sendiri, evaluasi, penilaian dan pelayanan-pelayanan pendukung. Isi dari buku ini per babnya adalah sebagai berikut :
·         Bab pertama dengan menyediakan pembaca dengan pengenalan proses desain instruksional, mengklarifikasi terminologi, membahas manfaat dari desain instruksional di berbagai pengaturan, memeriksa beberapa konteks dimana desain instruksional bekerja, mengidentifikasi tempat dasar yang mendasari proses desain instruksional dan penyajian gambaran model desain yang diusulkan. Kritik dari desain instruksional.
·         Bab 2 berfokus pada identifikasi kebutuhan untuk instruksi. Penting heuristik untuk melakukan penilaian kebutuhan, analisis tujuan dan penilaian kinerja yang dibahas dalam bab ini dengan mengacu unik masing-masing teknik ini fitur, dan hubungan antara teknik ini selama identifikasi pelatihan masalah.
·         Bab 3 membahas karakteristik peserta didik dan faktor-faktor kontekstual yang harus dipertimbangkan ketika perencanaan instruksi serta keterbatasan ini dapat menempatkan pada desain.
·         Bab 4 membantu pembaca menentukan konten yang diperlukan untuk mengatasi kebutuhan instruksional, yang melibatkan topik, analisis insiden prosedural dan kritis. Setiap cara dijelaskan, dicontohkan dan didukung dengan langkah-langkah atau isyarat untuk meningkatkan analisis.
·         Bab 5 membahas fungsi tujuan instruksional diikuti oleh taksonomi untuk kognitif, psikomotor, dan afektif. Beberapa petunjuk untuk mengembangkan tujuan instruksional di domain yang berbeda disediakan dengan contoh-contoh bersama dengan metode yang efektif untuk mengatur dan urutan tujuan.
·         Bab 6 menjelaskan manfaat menggunakan skema untuk urutan konten instruksional dengan referensi ke Posner dan (1976) Mogok skema dan teori elaborasi (English & Reigeluth, 1996) sementara fokusnya adalah pada mantan.
·         Bab 7 menunjukkan strategi instruksional untuk menyajikan instruksi dengan cara yang berarti sehingga tujuan yang dikuasai oleh setiap pelajar. Resep untuk mengajar jenis konten yang berbeda disediakan melalui contoh dan saran implementasi.
·         Bab 8 membahas cara-cara untuk menerapkan strategi pembelajaran. Ini mengidentifikasi pedoman untuk berbeda preinstructional strategi, yang diikuti dengan prinsip-prinsip desain pesan instruksional untuk teks, gambar dan grafik.
·         Bab 9 mengusulkan pedoman yang sangat berharga untuk menerjemahkan rencana desain instruksional menjadi instruksi. Khususnya pembahasan pada beban kognitif praktis dan up-to-date. Selain itu, pedoman pembelajaran yang efektif dalam berbagai pola seperti presentasi kelompok, self-paced pembelajaran dan kegiatan kelompok kecil interaksi sangat berguna.
·         Bab 10 adalah babak baru dalam edisi ini, yaitu sekitar pertimbangan desain untuk teknologi berbasis instruksi. Affordances teknologi berbasis instruksi yang dibahas diikuti oleh sintesis jenis instruksi komputer atau Web-based, dan desain pertimbangan untuk berbagai pola dan pengaturan termasuk komputer individual dan web-based instruksi dan kelompok berbasis jarak instruksi.
·         Bab 11 merumuskan tujuan evaluasi dan membahas hubungan antara formatif, sumatif dan konfirmatif evaluasi. Hubungan antara evaluasi dan tujuan instruksional dijelaskan, validitas dan keprihatinan keandalan dibahas, standar relatif dan absolut dari prestasi yang menjelaskan, dan diskusi siswa evaluasi diri disertakan.
·         Bab 12 mensintesis cara untuk mengembangkan instrumen evaluasi atau metode untuk menilai berbagai hasil: Pengetahuan, keterampilan dan perilaku, dan / atau sikap. Berbeda alat penilaian dan metode yang dicontohkan diikuti oleh pedoman pengembangan dan implementasi.
·         Bab 13 pedoman mengusulkan untuk menggunakan formatif, evaluasi sumatif dan konfirmatif untuk menilai kedua mengembangkan dan program instruksional selesai. Sebuah model dasar untuk perencanaan evaluasi formatif diikuti oleh jenis umum dan tahap utama dari evaluasi formatif. Menggunakan evaluasi sumatif untuk memeriksa efektivitas dan efisiensi program dibahas; pendekatan untuk evaluasi konfirmatif disediakan dan melaporkan hasil evaluasi tersebut dijelaskan.
·         Bab 14. Setiap teori belajar yang relevan diikuti oleh prinsip-prinsip desain instruksional dan contoh aplikasi. Contoh-contoh ini mendukung implementasi dalam bab-bab sebelumnya dan membenarkan mengapa unit ini dapat lebih bermakna setelah 13 bab pertama.
·         Bab 15 membahas perencanaan untuk pelaksanaan instruksional. Sebuah diskusi tentang perubahan terencana (Bhola, 1982) dan inovasi teori (Rogers, 1995) diikuti dengan penjelasan yang Cler Model (Bhola, 1982) sebagai kerangka umum untuk mengembangkan rencana implementasi. Lebih lanjut implementasi keprihatinan keputusan juga dibahas berkaitan dengan pelatihan instruktur dan peran pengawas.
·         Bab 16 menjelaskan tugas utama, kegiatan dan peran yang terlibat dalam desain instruksional manajemen proyek. Proyek kesepakatan dan usulan langkah-langkah persiapan yang dicontohkan, desain instruksional dalam organisasi dibahas, bekerja sama dengan para pemangku kepentingan yang berbeda dan tim Anggota dijelaskan, dan pertimbangan hukum dalam manajemen proyek ID digarisbawahi.

BOOK REVIEW-Desaining Efective Instruction (Walter Dick, Lou Carey & James O. Carey)


Judul Buku    : Desaining Efective Instruction
Pengarang      : Walter Dick, Lou Carey & James O. Carey

Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem implementasi, sistem implementasi dan sebagainya.
Buku ini menyajikan model pengembangan desain instruksional yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis pengembangan, implementasi dan evaluasi. Komponen sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey  terdiri atas :
1.      Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar  mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran. Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan  pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan.
2.      Melakukan Analisis Pembelajaran
Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran. Karena proses ini relatif  kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar dan melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan bawahan. Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan motorik.  Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis.

3.      Menganalisis Karakteristik Siswa Dan Konteks Pembelajaran
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
4.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
·         Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang  dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
·         Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari.
·         Indikator  yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa kecermatan, waktu, kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas hasil.
5.      Mengembangkan Instrumen Penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.  Beberapa tujuan pembelajaran  tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai.  Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar. Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan :
·         Tes perilaku awal atau entry behavior test.  Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
·         Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran.
·         Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran.
·         Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil.
6.      Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut  strategi pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning.  Dick  and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu :
·         Aktivitas pra pembelajaran
·         Penyajian materi atau isi
·         Partisipasi pebelajar
·         Penilaian
·         Aktifitas lanjutan
Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka.  Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar.
7.      Mengembangkan dan memilih materi ajar
Bahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk  mencapai tujuan.  Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran.  Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test. Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan pebelajar.
8.      Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Formatif
Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran.  Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang penting. Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu Evaluasi perorangan, Evaluasi kelompok kecil dan Evaluasi lapangan. Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal  daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar.  Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata. Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan  untuk menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan  mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembang. Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.

9.      Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran
Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
10.  Merancang Dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan  direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi  sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.

Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya. Didalam buku ini diterangkan tentang pembelajaran yang implementasi dan evaluasi pembelajaran yang mengedepankan pada analisis langkah – langkah pembelajaran, buku sangat berguna bagi desainer dalam penyusunan program pembelajaran, karena dalam teori pembelajran menurut Dick and Carey ini penyusun pembelajaran bisa secara rinci menyusun konsep pembelajaran secara lengkap mulai dari tujuan pembelajaran, karaektirisrik pembelajaran, karakteristik peserta didik sampai evaluasi pembelajaran. 

FILSAFAT-Filsafat Ilmu Ekonomi

·          Epistemologi ilmu ekonomi : Epistemologi ilmu ekonomi membahas tentang asal mula atau sumber, struktur, metode dan validitas ...