Teori
belajar behavioristik merupakan teori belajar tentang perubahan tingkah laku
yang terjadi karena pengalaman yang dialamipeserta didik. Teori ini memandang
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Menurut teori ini, dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu stimulus dan respon harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa dalam proses belajar. Implikasi teori ini dalam situasi
pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang menjadikan guru
sebagai central yang bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Pada prakteknya dalam
pembelajaran, pendidik menjadi pihak yang lebih aktif sebab pendidik yang
dominan memberikan stimulus dan peserta didik hanya memberi respon saja, semua
berjalan sesuai kehendak pendidik.
Teori
kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, lebih dari itu belajar dianggap melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting
proses internal mental manusia. Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman dan bukan sekedar perubahan tingkah laku yang
bisa diamati. Tingkah laku manusia yang tidak tampak, tak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan,
keyakinan dan sebagainya. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah
mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengetahuan dan pengalaman
ini tertata dalam struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan
berjalan baik bila materi pelajaran yang baru diadaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Implikasi teori ini dalam pembelajaran
mengharuskan guru untuk memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses
mental anak, tidak sekedar hasilnya. Guru wajib mengutamakan peran siswa supaya
mereka aktif dalam kegiatan belajar dan saling berinteraksi. Guru harus memaklumi
adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori belajar
konstruktivistik secara konseptual memandang proses belajar sebagai pemberian
makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Asimilasi merupakan
proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun
pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada dalam pikirannya. Akomodasi yakni membentuk skema baru yang
dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada
sehingga cocok dengan rangsangan tersebut. Menurut teori ini, manusia dapat
mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya melalui interaksinya dengan
lingkungannya. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan lingkungannya,
pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan meningkat
dan lebih rinci. Pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian
pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belaajar. Peserta didik harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari. Yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala
belajar adalah niat belajar siswa sendiri atau dapat dikatakan bahwa hakekatnya
kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar