Judul
Buku : Desaining Efective Instruction
Pengarang : Walter Dick, Lou Carey & James O.
Carey
Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis
kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan
mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem dalam pendidikan
dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan. Misalnya pendekatan sistem
kurikulum, sistem pembelajaran, sistem implementasi, sistem implementasi dan
sebagainya.
Buku ini menyajikan model pengembangan
desain instruksional yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan
sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi
analisis pengembangan, implementasi dan evaluasi. Komponen sekaligus merupakan
langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan
oleh Dick dan Carey terdiri atas :
1. Mengidentifikasi Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang
pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran. Sasaran akhir dari suatu
pembelajaran adalah tercapainya tujuan
pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus
memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan
ditentukan.
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Tujuan
utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan
yang harus ada pada pembelajaran. Karena proses ini relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap
tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu menggolongkan
pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar dan melakukan analisa
lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan bawahan. Pembelajaran ketrampilan psikomotor
biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan
motorik. Langkah pertama untuk analisa
dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis.
3. Menganalisis Karakteristik Siswa
Dan Konteks Pembelajaran
Selain
melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam
menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan
belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara
bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait
dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan
tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan
aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas
belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar
dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan
strategi pembelajaran yang akan digunakan.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Khusus
Perumusan
tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai
siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian,
yaitu :
·
Menentukan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh siswa setelah
menempuh proses pembelajaran.
·
Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat
melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari.
·
Indikator yang dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan
tersebut dapat berupa kecermatan, waktu, kesesuaian dengan prosedur, kuantitas
atau kualitas hasil.
5. Mengembangkan Instrumen Penilaian
Berdasarkan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian
hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi
yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi
harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk membuat instrumen penilaian ini harus
dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar. Tes
acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang
digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan :
·
Tes perilaku awal atau entry behavior
test. Tes ini diberikan sebelum mulai
pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai
ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.
·
Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes
acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan
dengan analisis pembelajaran.
·
Latihan adalah tes yang bertujuan untuk
membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat
pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai
tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil
latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran.
·
Post test adalah tes acuan patokan yang
mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang
dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk
mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan
informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran
dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang
digunakan disebut strategi pembelajaran
atau instructional strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the
events of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of
Learning. Dick and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam
lima komponen yaitu :
·
Aktivitas pra pembelajaran
·
Penyajian materi atau isi
·
Partisipasi pebelajar
·
Penilaian
·
Aktifitas lanjutan
Salah
satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan
umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan
disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer
meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses
belajar.
7. Mengembangkan dan memilih materi
ajar
Bahan
ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk mencapai tujuan. Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan
tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri
pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk
memandu kemajuan mereka selama pembelajaran.
Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau
pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan
post test. Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi
pembelajar dan pebelajar.
8. Merancang Dan Mengembangkan
Evaluasi Formatif
Tujuan
dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat
digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data
dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal
yang penting. Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu Evaluasi perorangan,
Evaluasi kelompok kecil dan Evaluasi lapangan. Evaluasi perorangan merupakan
tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan
melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk
memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan
memperoleh petunjuk awal daya guna bahan
ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar.
Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan
dibawah rata-rata. Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan
program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas perubahan yang
telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan
mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini,
pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan
pengembang. Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar
calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi
pembelajaran yang sesungguhnya.
9. Melakukan Revisi Terhadap Program
Pembelajaran
Langkah
akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf
program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif
dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki
oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf
program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem
pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry
behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata
lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
10. Merancang Dan Mengembangkan
Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif
merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi
ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah
program selesai dievaluasi secara formatif dan
direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi
sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen.
Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses
desain sistem pembelajaran.
Kesepuluh langkah
desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan
pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah
dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain.
Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi
langkah-langkah selanjutnya. Didalam buku ini diterangkan
tentang pembelajaran yang implementasi dan evaluasi pembelajaran yang
mengedepankan pada analisis langkah – langkah pembelajaran, buku sangat berguna
bagi desainer dalam penyusunan program pembelajaran, karena dalam teori
pembelajran menurut Dick and Carey ini penyusun pembelajaran bisa secara rinci
menyusun konsep pembelajaran secara lengkap mulai dari tujuan pembelajaran,
karaektirisrik pembelajaran, karakteristik peserta didik sampai evaluasi
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar