1.
Banyak orang beranggapan bahwa
merancang sistem informasi untuk sebuah perencanaan itu sulit. Banyak alasan
yang mengemuka terkait dengan argumen ini. Orang beranggapan untuk merancang
sebuah sistem perencanaan relativ sulit karena mereka harus mengetahui terlebih
dahulu tujuan dari merancang sistem perencanaan tersebut atau dengan kata lain
untuk apa sistem perencanaan itu dibuat. Baru setelah itu perancang sistem
merancang sistem perencanaan yang dibutuhkan. Dalam merancang sistem
perencanaan tersebut, terdapat elemen-elemen yang digunakan sebagai alat
pencapaian tujuan. Dari elemen-elemen itulah dibuat menjadi subsistem-subsistem
yang dimagsudkan sebagai alat untuk membuat sitem perencanaan tersebut.
Selanjutnya antar satu subsistem dengan subsistem yang lain harus dihubungkan
agar sistem perencanaan dapat terwujud untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jadi, sebenarnya tingkat kesulitan pembuatan sistem perencanaan berbanding
lurus dengan tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan sistem tersebut. Semakin
banyak dan semakin tinggi tujuan dari pembuatan sistem perencanan, maka semakin
sulit juga dalam membuat sistem tersebut, begitu juga sebaliknya.
2.
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
adalah kumpulan beberapa komponen dalam sebuah organisasi atau badan yang
berhubungan dengan proses menciptakan dan pengalihan informasi yang berguna,
akurat, terpercaya, detail, cepat, dan relevan bagi kepentingan organisasi
berikut sebagai bahan pengambilan keputusan kebijakan perusahaan. Ada kalanya manajer
sebagai orang yang dituntut untuk mengembil keputusan kurang puas dengan SIM
yang ada. Beberapa sebab yang mungkin terjadi adalah :
v Informasi
yang dihasilkan oleh SIM tidak akurat sehingga manajer tidak bisa mengambil
keputusan karena informasi hasil SIM sebagai dasar pengambilan keputusan kurang
atau tidak tepat.
v Informasi
yang dihasilkan oleh SIM tidak dapat dipercaya. Artinya, informasi tersebut
tidak jelas sumbernya sehingga tidak diketahui tingkat kebenaran dan
validitasnya, dengan demikian akan menyulitkan manajer dalam mengambil suatu
keputusan untuk perusahaan.
v Informsi
yang didapat dari kinerja SIM kurang detail dan mengalami keterlambatan untuk
digunakan. Informasi yang digunakan manajer untuk mengambil suatu kebijakan
perusahaan haruslah detail dan tepat waktu. Informasi yang detail bertujuan
untuk mengetahui konsekuensi atau risiko dan peluang keberhasilan akan
keputusan yang akan diambil oleh perusahaan. Jika informasi yang digunakan
dalam pengambilan keputusan kurang detail, maka keputusan yang diambil pun
mempunyai tingkat keakuratan prediksi yang rendah. Ketepatan waktu dalam
menghasilkan informasi yang berguna untuk mengambil suatu keputusan juga
penting karena keputusan yang diambil harus segera diambil dan harus dipikirkan
dengan seksama terlebih dahulu. Hal ini penting agar tidak terjadi
keterlambatan pembuatan kebijakan perusahaan yang nantinya berpengaruh juga
terhadap perusahaan. Terlebih, jika perusahaan dalam keadaan genting, sehingga
setiap keputusan harus dibuat dengan cepat dan tepat.
v Informasi
yang diberikan SIM kepada manajer tidak relevan dengan kebutuhan manajer dalam
membuat keputusan kebijakan perusahaan. Informasi yang diperlukan manajer
adalah informasi yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan kebijakan
perusahaan. Jika informasi yang diberikan SIM kepada manajer tidak dapat
mendukung kerja manajer dalam membuat keputusan sama saja informasi tersebut
tidak berguna dan kerja SIM dalam mempersiapkan informasi tersebut dapat
dibilang percuma dan tidak efektiv.
3.
Sebuah SIM harus mampu memberikan
informasi yang relevan dan toleran bagi bagi perusahaan. Ini berkaitan erat
dengan standar mutu SIM yang diharapkan oleh perusahaan dari pembuatan SIM itu
sendiri. Magsud dari informasi yang relevan adalah informasi yang dapat
membantu dalam pengambilan keputusan kebijakan perusahaan. Jadi dalam hal ini
informasi dijadikan dasar manajer dalam membuat keputusan. Jika informasi yang
diberikan SIM kepada manajer tidak dapat mendukung kerja manajer dalam membuat
keputusan sama saja informasi tersebut tidak relevan bagi perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan untuk mendapat informasi yang berguna untuk
mengatasi persoalan-persoalan perusahaan. Selain relevan, informasi yang
diharapkan perusahaan juga harus bersifat toleran. Artinya, informasi tersebut
tidak boleh mengganggu keseimbangan perusahaan. Informasi juga harus
memperhatikan semua bagian dalam perusahaan agar kerja perusahaan tidak akan
timpang ketika informasi tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
yang nantinya akan diterapkan di perusahaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar